Minggu, 06 November 2016

TEORI REINFORCEMENT, HARAPAN, PENETAPAN TUJUAN, DAN HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW

Nama: Salman Alfarizi

Npm : 19514950

Kelas: 3PA19

Tanggal: 6 November 2016




A.    Pendahuluan
Pada dasarnya manusia mempunyai pola perilaku yang berbeda-beda. Meskipun seperti itu manusia pasti memiliki harapan, penetapan tujuan dalam hidupnya. Setiap manusia juga pasti menginginkan adanya penguatan untuk dirinya, terlebih lagi jika penguatan itu berbentuk negatife. Karena nantinya itu akan menjadi motivasi hidup untuk memiliki kualitas hidup lebih baik lagi.

B.     Teori

1.      Teori Reinforrcement (penguatan)
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcemen mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain untuk menentukan reinforce ialah bahwa reinforcer itu dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:
a.       Reinforcement positif
Reinforcement positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa bendabenda, dan makanan). Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat, memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.
b.      Reinforcement negative
Reinforcement negative adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif ini memnperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
2.      Teori Harapan
Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik  Victor Vroom (dalam Robbin 2003).
Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001). Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:
a.    Harapan (expentancy)
Suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian.
b.     Nilai (Valence)
Akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu.
c.    Pertautan (Inatrumentality)
Persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.


3.      Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada perilaku kerja Locke (dalam Arfan 2010). Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah, tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak Arfan (2010). Adapun lima prinsip menetapkan tujuan menurut Locke:
a.    Kejelasan.
b.    Challenge.
c.    Komitmen.
d.   Umpan balik.
e.    Kompleksitas tugas.

4.      Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah. Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
a.    Kebutuhan fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini. 
b.    Kebutuhan Keamanan (Safety) 
Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.  
c.    Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love) 
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.   Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang. 
d.   Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem) 
a)    Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti  motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :  Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b)   Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, kebutuhan harga diri, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan keamanan , ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain. 

e.    Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri 
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. 

C. Kasus

1.   Dalam perusahaan setiap karyawan akan diberikan penguatan positif berupa bonus apabila karyawan tersebut melakukan empat kali kinerja yang sangat baik, tetapi bukan sesudah setiap kali melakukan kinerja baik. => fixed ratio
2.       Sebuah keluarga yang mempunyai kebiasan makan siang bersama mampu menciptakan kehangatan tersendiri di tengah tengah keluarga, kehangatan ini adalah wujud reinforcement sehingga para anggota keluarga selalu ingin pulang agar bisa makan siang bersama keluaraga.

D. Analisis

1.    Setiap tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakann suatu yang dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi (menggambarkan) sikap, sistem kepercayaan, dorongan, kehendak, ataupun keadaan – keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu.

2.      Rangsang dan tingkah laku balas adalah konsep – konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku. Konsep – konsep ini  hanya dapat di definisikan dan diukur secara fisik dan nyata (tampak mata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar