Nama: Salman Alfarizi
Npm : 19514950
Kelas: 3PA19
Tanggal: 6 November 2016
A.
Pendahuluan
Pada dasarnya manusia mempunyai pola
perilaku yang berbeda-beda. Meskipun seperti itu manusia pasti memiliki
harapan, penetapan tujuan dalam hidupnya. Setiap manusia juga pasti
menginginkan adanya penguatan untuk dirinya, terlebih lagi jika penguatan itu
berbentuk negatife. Karena nantinya itu akan menjadi motivasi hidup untuk
memiliki kualitas hidup lebih baik lagi.
B.
Teori
1.
Teori
Reinforrcement (penguatan)
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement
kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcemen
mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang
memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu
peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat
tingkah laku. Cara lain untuk menentukan reinforce ialah bahwa reinforcer itu
dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement
ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:
a. Reinforcement
positif
Reinforcement positif
adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon
(tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran,
hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun
secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa bendabenda, dan makanan).
Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak
yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat,
memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.
b. Reinforcement
negative
Reinforcement negative
adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari
respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan
atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif
ini memnperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak
menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari
sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi
perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
2.
Teori Harapan
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik Victor Vroom
(dalam Robbin 2003).
Karena
ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan
diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001). Apabila harapan dapat menjadi
kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya
jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan
oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:
a. Harapan
(expentancy)
Suatu kesempatan
yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang
memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang
berarti kepastian.
b. Nilai (Valence)
Akibat dari
prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai
motivasi) bagi setiap individu tertentu.
c. Pertautan
(Inatrumentality)
Persepsi dari
individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke
dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar
antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti
tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil
tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama
perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
3.
Teori
Penetapan Tujuan
Teori
penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan
prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami
tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada
perilaku kerja Locke (dalam Arfan 2010). Tujuan yang sulit
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah,
tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak Arfan (2010). Adapun lima prinsip menetapkan tujuan menurut Locke:
a. Kejelasan.
b. Challenge.
c. Komitmen.
d. Umpan balik.
e.
Kompleksitas tugas.
4. Teori
Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow
telah membuat teori hierarkhi kebutuhan.
Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan.
Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya
sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan
indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak
“benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus
dan indah. Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan
dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini
termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan
murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua
hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan
sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow
adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan fisiologis
Umumnya
kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur
fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat
dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut
(kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang
mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
b.
Kebutuhan Keamanan
(Safety)
Sesudah
kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan,
stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa
takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah
kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan
hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka
panjang.
c.
Kebutuhan Dimiliki dan
Cinta (Belonging dan Love)
Sesudah
kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau
menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan.
Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan
kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting
sepanjang hidup. Ada dua jenis cinta
(dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta
karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya,
seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak
sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang
membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang
mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan
pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau
memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi,
dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan
perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
d.
Kebutuhan Harga Diri
(Self Esteem)
a) Ketika
kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri.
Ada dua jenis harga diri : Menghargai
diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b) Mendapat
penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, kebutuhan harga diri, kebutuhan dimiliki
dan cinta, kebutuhan keamanan , ketenaran, dominasi, menjadi orang
penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan
bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
e. Kebutuhan
Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah
semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya
secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah
keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi
potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi
manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain
bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
C. Kasus
1. Dalam perusahaan setiap karyawan akan diberikan penguatan
positif berupa bonus apabila karyawan tersebut melakukan empat kali kinerja
yang sangat baik, tetapi bukan sesudah setiap kali melakukan kinerja baik. => fixed ratio
2. Sebuah keluarga yang mempunyai kebiasan makan siang
bersama mampu menciptakan kehangatan tersendiri di tengah tengah keluarga,
kehangatan ini adalah wujud reinforcement sehingga para anggota keluarga selalu
ingin pulang agar bisa makan siang bersama keluaraga.
D. Analisis
1. Setiap tingkah
laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakann suatu yang dan berdiri
sendiri, bukan merupakan refleksi (menggambarkan) sikap, sistem kepercayaan,
dorongan, kehendak, ataupun keadaan – keadaan tersembunyi lainnya dalam diri
individu.
2.
Rangsang dan
tingkah laku balas adalah konsep – konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala
tingkah laku. Konsep – konsep ini hanya
dapat di definisikan dan diukur secara fisik dan nyata (tampak mata).