Tugas III Psikoterapi Softskill
Nama Anggota :
Agva Eko (10514523)
Elwas Prasetyo (13514540)
Muhammad Rizky Karim (17514530)
Salman Alfarizi (19514950)
Tanggal Post : 02 Juni 2017
EKSISTENSIAL TERAPI
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh
psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka
berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang
berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme
adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh
akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang
menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan.
Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki
kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari
keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam
hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil
oleh seseorang.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak
bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.
Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan
perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori
eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang
berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan
menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha
membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut
keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi
kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya
yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses
pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi
potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta
utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri
manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman
atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan
sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan
terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Konsep-konsep utama Humanistik-eksistensial therapy adalah
sebagai berikut :
- Kesadaran
diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, dimana suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia
mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri pada seseorang, maka
akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
- Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawan bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
- Penciptaan
makna
Manusia itu unik, mereka berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberi makna bagi kehidupannya.
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna akan menimbulkan kondisi
isolasi, depersonalisasi, alinesi, dan kesepian. Untuk itu manusia harus
mengaktualisasi diri dengan mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.
Tujuan terapeutik dalam terapi humanistik-eksistensial
Terapi eksistensial ini bertujuan untuk :
-Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan
menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi secara sadar bahwa ia dapat
membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
– Meluaskan kesadaran diri klien dan karenanya
meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan betanggung jawab
atas arah hidupnya
-Membantu klien menghilangkan kecemasan-kecemasan sehubungan
dengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.
Fungsi dan peran terapis dalam terapi
humanistik-eksistensial
Terapis dalam terapi humanistik eksistensial mempunyai tugas
utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai sesuatu yang ada di dalam
dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu selalui mendahului suatu
pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur yang digunakan bisa
bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lainnya, tetapi juga
dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
-Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi ke
pribadi
-Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
-Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
-Berorientasi pada pertumbuham
-Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi yang menyeluruh
-Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan akhir terletak
di tangan klie
– Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandangannya
-Mengurangi kebergantungan dari klien terhadapnya
Proses klien mencapai kesembuhan dalam terapi
humanistik-eksistensial
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara
subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses
terapeutik, karena dia harus memutuskan ketakutan-ketakutannya,
perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasannya. Dalam terapi ini klien
terlibat dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri, dengan membuka pintu yang
tertutup, klien mulai melonggarkan belenggu deterministik yang telah
menyebabkan dia terpenjara secara psikologis. Lambat laun klien menjadi sadar,
apa dia tadinya dan siapa dia sekarang, serta klien lebih mampu menetapkan masa
depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi ini klien bisa
mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya
menjadi real.
Teknik-teknik dan prosedur-prosedur terapeutik dalam terapi
humanistik-eksistensial
Karena pendekatan humanistik-eksistensial ini tidak memiliki
metodelogi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutiknya yang khas,
maka daripada itu para terapis eksistensial sering mengambil metode dan
prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang
diintegrasikan dalam pendekatan eksistensial. Seperti yang dikemukakan Bugental
dalam model terapi psikoanalisa, konsep inti psikoanalisis tentang resistensi
dan transfrensi bisa diterapkan pada filsafat dan praktek terapi eksistensial,
ia menggunakan kerangka psikoanalitik untuk menerangkan fase kerja terapi yang
berlandaskan konsep-konsep eksistensial seperti kesadaran, emansipasi dan
kebebasan, kecemasan eksistensial, dan neurosis eksistensial.
Metode dan prosedur yang digunakan dalam terapi eksistensial
ini juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu ke pasien yang
lain, tetapi juga dari fase satu kefase yang lain pada pasien yang sama.
Sumber
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama