Nama Anggota :
Agva Eko (10514523)
Elwas Prasetyo (13514540)
Muhammad Rizky Karim (17514530)
Salman Alfarizi (19514950)
Tanggal Post: 07-08-2017
AMERICAN PSYCHO
Patrick Bateman (Christian Bale) adalah investor
perbankan yang sudah hidup penuh kemewahan meski usianya baru 27 tahun. Bersama
teman-temannya, Bateman selalu makan di restoran mewah yang membutuhkan
reservasi hanya demi gengsi. Setiap pagi pun ia rutin merawat tubuhnya dengan
olah raga rutin dan berbagai produk perawatan wajah. Ditambah memiliki seorang
tunangan cantik bernama Evelyn (Reese Witherspoon) tampak begitu sempurna
kehidupan Bateman. Tapi nyatanya tidak. Bateman sama sekali tidak menyukai
teman-teman dan tunangannya. Kita bisa melihat ia tidak pernah bisa sejalan
saat terlibat pembicaraan dengan mereka. Disaat tengah mengutarakan wawasan,
opini, serta kepeduliannya pada isu sosial, teman-teman Bateman selalu
mentertawakan dirinya. Kita sebagai penonton pun ikut tertawa karena semua itu
tidak lebih dari sekedar omong kosong.
Daripada memikirkan seisi dunia yang kepalaran seperti
kata-katanya, Bateman lebih terganggu saat rekan-rekan kerjanya memiliki kartu
nama yang jauh lebih bagus. Bahkan saat tengah merasa kesal Bateman tidak segan
membunuh seorang tuna wisma setelah sebelumnya mengolok-olok pria tersebut. Ya,
diluar kehidupannya sebagai pria kaya nan tampan, Bateman adalah seorang
pembunuh berantai. Intensi membunuh akan selalu muncul dalam diri Bateman
setiap dia merasa kesal, dan ia akan kesal jika ada seseorang yang terlihat
lebih mapan, lebih sukses darinya. Dia pun tidak segan membantai Paul Allen
(Jared Leto) dengan kapak karena sang pria punya kartu nama terbaik yang pernah
ia lihat. Saat menyembunyikan mayat Paul pun yang dikhawatirkan oleh Bateman
bukan resiko akan diketahui orang, tapi karena melihat apartemen korbannya itu
jauh lebih mahal dari miliknya.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Bret Easton Ellis,
American Psycho begitu kental dengan usaha menjadi sebuah komedi hitam, sebuah
satir yang menjadikan mereka para orang kaya sebagai bahan olok-olok.
Teman-teman Bateman digambarkan sebagai orang bodoh yang tidak mempedulikan
apapun kecuali makan di restoran mewah dan memiliki kartu nama terbaik. Kita
juga tidak pernah sekalipun melihat mereka sedang bekerja. Setiap
kemunculannya, orang-orang kaya ini diperlihatkan sedang makan malam, minum di
bar, berpesta, atau memakai narkoba di toilet. Bateman juga tidak berbeda.
Meski kita sering diajak melihatnya di kantor, ia tidak pernah sekalipun tampak
bekerja. Yang ia lakukan hanya menggambar di buku agenda atau bicara dengan
sang sekretaris Jean (Chloe Sevigny) yang jelas menyukai sang atasan. Setiap
janji yang ada di jadwal Bateman pun tidak lebih dari sekedar makan malam
bersama teman daripada pertemuan bisnis.
Sutradara Mary Harron berniat memfokuskan film ini
sebagai jalan untuk menyindir mereka para orang kaya yang dalam kondisi apapun
hanya memikirkan masalah penampilan, kekayaan dan harga diri. Lewat eksplorasi
sosok Patrick Bateman-lah Harron coba menyampaikan satir tersebut. Pada awalnya
semua itu dihadirkan dengan begitu efektif. Penonton dibawa melihat Bateman
melakukan aksi brutalnya sambil selalu membicarakan seleranya yang tinggi
terhadap musik-musik Phill Collins, Whitney Houston dan lain-lain. Ada ironi
yang hadir saat itu dikala cita rasa tinggi dihadirkan bersamaan dengan
kegiatan yang gila seperti membunuh orang atau melakukan threesome. Semua itu
membuat karakter Bateman penuh kontradiksi yang makin memperkuat satir filmnya.
Beberapa kali saya berhasil dibuat tertawa saat diajak menelusuri isi pikiran
sang pembunuh berantai.