Jumat, 07 Juli 2017

RESUME FILM


Nama Anggota :
Agva Eko (10514523)
Elwas Prasetyo (13514540)
Muhammad Rizky Karim (17514530)
Salman Alfarizi (19514950)

Tanggal Post: 07-08-2017

AMERICAN PSYCHO

Patrick Bateman (Christian Bale) adalah investor perbankan yang sudah hidup penuh kemewahan meski usianya baru 27 tahun. Bersama teman-temannya, Bateman selalu makan di restoran mewah yang membutuhkan reservasi hanya demi gengsi. Setiap pagi pun ia rutin merawat tubuhnya dengan olah raga rutin dan berbagai produk perawatan wajah. Ditambah memiliki seorang tunangan cantik bernama Evelyn (Reese Witherspoon) tampak begitu sempurna kehidupan Bateman. Tapi nyatanya tidak. Bateman sama sekali tidak menyukai teman-teman dan tunangannya. Kita bisa melihat ia tidak pernah bisa sejalan saat terlibat pembicaraan dengan mereka. Disaat tengah mengutarakan wawasan, opini, serta kepeduliannya pada isu sosial, teman-teman Bateman selalu mentertawakan dirinya. Kita sebagai penonton pun ikut tertawa karena semua itu tidak lebih dari sekedar omong kosong.

Daripada memikirkan seisi dunia yang kepalaran seperti kata-katanya, Bateman lebih terganggu saat rekan-rekan kerjanya memiliki kartu nama yang jauh lebih bagus. Bahkan saat tengah merasa kesal Bateman tidak segan membunuh seorang tuna wisma setelah sebelumnya mengolok-olok pria tersebut. Ya, diluar kehidupannya sebagai pria kaya nan tampan, Bateman adalah seorang pembunuh berantai. Intensi membunuh akan selalu muncul dalam diri Bateman setiap dia merasa kesal, dan ia akan kesal jika ada seseorang yang terlihat lebih mapan, lebih sukses darinya. Dia pun tidak segan membantai Paul Allen (Jared Leto) dengan kapak karena sang pria punya kartu nama terbaik yang pernah ia lihat. Saat menyembunyikan mayat Paul pun yang dikhawatirkan oleh Bateman bukan resiko akan diketahui orang, tapi karena melihat apartemen korbannya itu jauh lebih mahal dari miliknya.

Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Bret Easton Ellis, American Psycho begitu kental dengan usaha menjadi sebuah komedi hitam, sebuah satir yang menjadikan mereka para orang kaya sebagai bahan olok-olok. Teman-teman Bateman digambarkan sebagai orang bodoh yang tidak mempedulikan apapun kecuali makan di restoran mewah dan memiliki kartu nama terbaik. Kita juga tidak pernah sekalipun melihat mereka sedang bekerja. Setiap kemunculannya, orang-orang kaya ini diperlihatkan sedang makan malam, minum di bar, berpesta, atau memakai narkoba di toilet. Bateman juga tidak berbeda. Meski kita sering diajak melihatnya di kantor, ia tidak pernah sekalipun tampak bekerja. Yang ia lakukan hanya menggambar di buku agenda atau bicara dengan sang sekretaris Jean (Chloe Sevigny) yang jelas menyukai sang atasan. Setiap janji yang ada di jadwal Bateman pun tidak lebih dari sekedar makan malam bersama teman daripada pertemuan bisnis.


Sutradara Mary Harron berniat memfokuskan film ini sebagai jalan untuk menyindir mereka para orang kaya yang dalam kondisi apapun hanya memikirkan masalah penampilan, kekayaan dan harga diri. Lewat eksplorasi sosok Patrick Bateman-lah Harron coba menyampaikan satir tersebut. Pada awalnya semua itu dihadirkan dengan begitu efektif. Penonton dibawa melihat Bateman melakukan aksi brutalnya sambil selalu membicarakan seleranya yang tinggi terhadap musik-musik Phill Collins, Whitney Houston dan lain-lain. Ada ironi yang hadir saat itu dikala cita rasa tinggi dihadirkan bersamaan dengan kegiatan yang gila seperti membunuh orang atau melakukan threesome. Semua itu membuat karakter Bateman penuh kontradiksi yang makin memperkuat satir filmnya. Beberapa kali saya berhasil dibuat tertawa saat diajak menelusuri isi pikiran sang pembunuh berantai.